Senin, 13 Agustus 2012

Puas Nomor Dua, China Lebih Hargai "Semangat Olimpiade"

Liu Xiang menunjukkan semangat olympiade dengan mencapai finish dengan satu kaki (AFP/ERIC FEFERBERG)

Tidak hanya para peraih medali, atlet lain yang telah berusaha berjuang dengan seluruh kemampuannya untuk China pun mendapatkan pujian.



China bersikap merendah mengenai perolehan medali emas mereka yang masih cukup hebat di Olimpiade 2012. Lebih jauh, mereka pun mengaku lebih terfokus pada sportivitas dan "semangat Olimpiade" di London, yang ditandai oleh pertarungan "pencarian jiwa" olahraga yang tidak biasa.

Empat tahun setelah mendulang 51 medali emas di Beijing, perolehan medali emas China kali ini memang harus melorot menjadi 38 medali emas saja. Mereka pun akhirnya hanya bisa berada di peringkat kedua klasemen perolehan medali, kalah dari tim Amerika Serikat (AS) yang meraih 46 medali emas, 29 perak dan 29 perunggu.

Meski begitu, Ketua Kontingen China, Liu Peng, mengatakan bahwa hasil ini sudah "memuaskan". Dia bahkan memuji atlet-atlet China yang tidak meraih medali, karena menurutnya mereka telah memperlihatkan nilai-nilai Olimpiade terhadap fair play dan kebiasaan sportif.

"Ini mulia seperti memenangi medali emas," ucapnya.

Ketika ekspolitasi China begitu terlihat saat mereka menjadi tuan rumah, terdapat perdebatan soal pengejaran kejayaan Olimpiade yang tak kenal lelah yang mereka lakukan. Terungkapnya fakta misalnya, bahwa juara loncat indah, Wu Mingxika, tidak diberitahu mengenai kematian kakek-neneknya atau kanker ibunya, karena khawatir hal itu dapat mengganggu latihannya.

Lalu, ketika bintang atletik, Liu Xiang, menderita cedera kedua pada nomor lari gawang 110 meter untuk kedua kalinya pada penyelenggaran Olimpiade, terdapat komentar-komentar di situs Twitter ala China, bahwa sang atlet telah bekerja terlalu keras.

Terlepas dari itu, Liu Peng mengakui bahwa China dapat belajar dari negara-negara lain, mengenai bagaimana mengelola dan melatih para atlet putra dan putri mereka. "Kami harus belajar dari negara-negara lain, perihal pengelolaan dan latihan. Lebih mengeksplorasi dengan dasar ilmiah," ucapnya.

"Kami harus terus mempromosikan semangat olahraga yang ada di Olimpiade, untuk membuat Olimpiade menjadi ajang bagi seluruh negeri, agar dapat menguatkan dan mempromosikan level kesehatan dari populasi China," katanya pula.

Di London 2012 ini, China menyapu bersih medali-medali emas di cabang olahraga bulu tangkis dan tenis meja, serta memenangi hampir semua (minus dua) gelar loncat indah. Sementara itu para atlet angkat besi mereka juga mencapai posisi teratas dengan lima kali naik podium.

Namun adalah terobosan di cabang renang, layar dan jalan cepat, yang memperlihatkan bahwa China mengembangkan olahraga tradisionalnya. Dengan 23 peraih medali emas perdana, hasil dari proses pembibitan mereka pun tampaknya telah sukses ditemukan.

"Kami bergerak ke depan dengan tujuan menjadi negara olahraga yang kuat. Kami memiliki pencapaian-pencapaian yang bagus perihal perkembangan berkelanjutan di olahraga-olahraga China," kata Liu.

Pada cabang olahraga renang, China memperlihatkan penampilan terbaik ketika Sun Yang dan Ye Shiwen, keduanya baru berusia 16 tahun, meraih dua medali emas dan rekor dunia, saat timnya berjaya dengan lima gelar. Terobosan China di olahraga utama itu dengan cepat menimbulkan dugaan doping, terutama terhadap Ye, setelah ia menjadi juara pada nomor 400 meter gaya ganti putri.

Terhadap hal itu, Liu mengaku menyatakan keberatannya atas liputan media (Barat) terhadap Ye. Dia pun berkata tegas bahwa atlet-atlet China telah berupaya keras untuk berkompetisi dengan jujur dan sportif. "Ketika mereka menang, mereka tidak terlalu bangga. Dan ketika mereka kalah, mereka tidak terlalu kecewa," ucapnya.

"Mereka mematuhi peraturan, menghargai para penonton, dan menghormati wasit. Mereka benar-benar berasal dari negara beradab dengan kesopanan dan antusiasme," katanya lagi.

Penulis: AFP/Antara/ Arsito

Sumber : Beritasatu.com

0 komentar:

Posting Komentar